Agama dan Masyarakat
Pengertian Agama
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem
budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah
dari kehidupan.Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci
yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul
kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka
tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh
moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai.
Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.
Fungsi Agama
Fungsi agama dalam masyarakat ialah sumbangan untuk mempertahankan
nilai-nilai didalam masyarakat, sebagaimana usaha-usaha aktif yang berjalan
terus menerus maka dengan adanya agama maka stabilitas suatu masyarakat akan
tetap terjaga.
Sehingga agama atau kepercayaan mengambil peranan yang penting dan
menempati fungsi-fungsi yang ada dalam suatu masyarakat, karena pada dasarnya
setiap agama mengandung nilai-nilai edukatif yang telah dianggap baik dan benar
dalam sebuah agama atau dalam pandangan suatu masyarakat. Dimana nilai-nilai
pendidikan yang telah diajarkan oleh suatu agama dipegang oleh setiap
pemeluknya untuk dapat diamalkan secara terus menerus, sehingga nilai-nilai
pendidikan tersebut dapat diwariskan secara turun-temurun dalam suatu
masyarakat.
Sebagai
fungsi penyelamat agama memberikan pelayanan bagi pemeluknya untuk dapat
menikmati kebahagiaan hidup didunia maupun keselamatan bagi alam sesudahnya
yaitu alam akhirat. Keabadian bagi kehidupan yang lain sesudahnya alam dunia
sebenarnya menjadi tujuan beberapa agama dikarenakan itu untuk menyelamtkan
kehidupan manusia, maka agama memberikansuatu jalan keluar berupa
upacara-upacara keagamaan, perintah, peraturan-peraturan yang harus dijalankan
oleh pemeluk suatu agama.
Selain itu
agama juga berperan untuk menciptakan suatu perdamaian bagi masyarakat dan
sebagai alat yang dapat dijadikan sebagai penumbuh rasa solidaritas, untuk
menciptakan iklim damai tersebut. Mengenai hubungan agama atau kepercayaan
dengan kreatifitas bahwa suatu kepercayaan agama memberikan harapan bagi para
penganutnya, dengan harapan orang berusaha membuat yang terbaik untuk membujuk
yang dipercayai.
Dimensi Komitmen Agama
Menurut Roland Robertson (1984):
a. Dimensi keyakinan, mengandug perkiraan atau harapan bahwa orang yang religius
akanmenganut pandangan teologis tertentu, bahwa ia akan mengikuti kebenaran
ajaran-ajarantertentu.
b. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan berbakti yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secra
nyata. Ini menyangkut hal yang berkaitan dengan seperangkat upacara
keagamaan, perbuatan religius formal, perbuatanmulia, berbakti tidak bersifat
formal, tidak bersifat publik dan relatif spontan.
c. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyai perkiraan tertentu, yaitu orang yang benar-benar religius
pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan yang langsung dan subjektif
tentang realitas tertinggi, mampu berhubungandengan suatu perantara yang
supernatural meskipun dalam waktu yang singkat.
d. Dimensi
pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan
bahwa orang-orang yang bersikapreligius akan memiliki informasi tentang
ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacarakeagamaan, kitab suci, dan
tradisi-tradisi keagamaan mereka.
e. Dimensi konsekuensi dari komitmen religious berbeda dengan tingkah laku perseorangan dan pembentukan citra pribadinya
3 Tipe Kaitan Agama Dengan
Masyarakat
Kaitan agama
dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan
sebenarnya secara utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954), yaitu:
1. Masyarakat yang terbelakang dan nilai- nilai sacral
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota
masyarakat menganut agama yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam
masyarakat, dalam kelompok keagamaan adalah sama.
2. Masyarakat- masyarakat pra- industri yang sedang berkembang
Keadaan masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi
yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan
kepada sistem nilai dalam tipe masyarakat ini. Dan fase kehidupan sosial diisi
dengan upacara- upacara tertentu.
3. Masyarakat- masyarakat industri secular
Masyarakat industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin
berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian-
penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian-
penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi mempunyai konsekuensi penting bagi agama, Salah satu akibatnya
adalah anggota masyarakat semakin terbiasa menggunakan metode empiris
berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan,
sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas. Watak masyarakat
sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak terlalu memberikan tanggapan
langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama, praktek agama, dan
kebiasaan- kebiasaan agama peranannya sedikit.
Pelembagaan Agama
Lembaga
keagamaan adalah organisasi yang dibentuk oleh umat beragama dengan maksud
untuk memajukan kepentingan keagamaan umat yang bersangkutan di dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup keagamaan masing-masing umat beragama.
Lembaga Keagamaan di Indonesia
Islam : Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Kristen : Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI)
Katolik : Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI)
Hindu : Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI)
Budha : Perwakilan Umat Buhda Indonesia (WALUBI)
Fungsi Lembaga Keagamaan
Lembaga keagamaan yang ada di Indonesia pada umumnya berfungsi
sebagai berikut:
1. Tempat untuk
membahas dan menyelesaikan segala masalah yang menyangkut keagamaan.
2. Memelihara
dan meningkatkan kualitas kehidupan beragama umat yang bersangkutan.
3. Memelihara
dan meningkatkan kerukunan hidup antar umat yang bersangkutan.
4. Mewakili umat
dalam berdialog dan mengembangkan sikap saling menghormati serta kerjasama
dengan umat beragama lain.
5. Menyalurkan
aspirasi umat kepada pemerintah dan menyebarluaskan kebijakan pemerintah kepada
umat.
6. Wahana
silaturrahmi yang dapat menumbuhkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan.
Proses Terbentuknya Lembaga Agama
Lembaga agama
terbentuk karena persetujuan /kesadaran diantara orang-orang yang beragama
merasakan perlunya menjaga keutuhan agama dalam kaidah dan keyakinannya agar
semakin mempermudahkan orang beragama dalam kehidupan iman yang dipercayainya.
Konflik Agama
Pengertian konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Jadi, konflik agama dapat diartikan sebagai berikut :
Konflik agama
adalah suatu pertikaian antar agama baik antar sesama agama itu sendiri, maupun
antar agama satu dengan agama lainnya.
Contoh konflik agama
a. Tahun 1996, 5
gereja dibakar oleh 10,000 massa di Situbondo karena adanya konflik yang
disebabkan oleh kesalahpahaman.
b. Adanya
bentrok di kampus Sekolah Tinggi Theologi Injil Arastamar (SETIA) dengan
masyarakat setempat hanya karena kesalahpahaman akibat kecurigaan masyarakat
setempat terhadap salah seorang mahasiswa SETIA yang dituduh mencuri, dan
ketika telah diusut Polisi tidak ditemukan bukti apapun. Ditambah lagi adanya
preman provokator yang melempari masjid dan masuk ke asrama putri kampus
tersebut. Dan bisa ditebak, akhirnya meluas ke arah agama, ujung-ujungnya
pemaksaan penutupan kampus tersebut oleh masyarakat sekitar secara anarkis.
c. Perbedaan
pendapat antar kelompok – kelompok Islam seperti FPI (Front Pembela Islam) dan
Muhammadiyah.
d. Perbedaan
penetapan tanggal hari Idul Fitri, karena perbedaan cara pandang masing –
masing umat
Sumber:
0 comments :
Post a Comment